Niko melepas sepatunya dengan kesal dan melemparnya asal-asalan kesudut dapur. Sore ini benar-benar menjengkelkan..! Rasanya ingin marah-marah tapi tidak jelas alasan untuk marah.
“Niko.! Kok, sepatunya dilempar begitu?’ Tanya mama melihat perilaku Niko. Niko tak menjawab, ia langsung masuk ke kamar tanpa melepas kaus kaki. Pintu kamar ditutup keras dan dikuncinya. Mama yang sedang membereskan mainan Yogi, adik Niko jadi terheran-heran. Tidak biasanya Niko begitu marah, ada apa ya?
“Niko, ada ap saying? Buka dong pintunya. Niko kenapa? Tanya mama sambil mengetuk pintu kamar Niko.
Niko yang sedang duduk dimeja belajarnya, tidak menjawab sepatah kata pun. Sampai mama akhirnya memutuskan untuk membiarkan Niko sejenak dalam kekesalannya.
Masih terbayang dalam ingatan Niko rasa malunya di kelas biola tadi siang. Seminggu inilah memang tidak sempat menyentuh biolanya untuk latihan lagu. Ulangan dan tugas yang diberikan Ibu Guru di sekolah sangat menyita waktunya. Akibatnya, hari ini di sekolah musik, ia sama sekali tidak bias memainkan lagu tugasnya. Padahal lagu itu harus dimainkan bersama-sama tiga orang teman sekelasnya untuk pentas. Ketiga temannya itu sudah lihai memainkan bagian mereka masing-masing. Sedangkan Niko untuk memainkan satu irama lagu saja merasa sulit. Memang kak Rini, Guru biola Niko memakluminya. Namun Niko merasa sangat malu terhadap tiga temannya yang lain.
Seusai mandi sore, Niko memutuskan latihan. Walau pun ada Film kartun kesukaannya itu, Niko tetap serius latihan. Lagu yang diberikan Kak Rini kali ini lebih sulit dari pada lagu-lagu yang ada dibuku. Berulang kali Niko berusaha memainkannya disenar-senar biola, namun tetap saja sulit. Rasa kesal, jengkel, gelisah bercampur jadi satu. Jari-jemari tangan Niko sampai terasa sakit karena terlalu lama menekan senar.
“Uugh…sebel, Sebel.!!” Geram Niko
Seraya melempar biolanya ke kasur.
Keningnya dipenuhi keringat dan mulutnya cemberut.
Kenapa Niko jadi merasa bodoh begini sih.??
“Niko kenapa makananya tidak dihabiskan.?
Tanya mama melihat Niko yang lesu dimeja makan. Niko hanya menggeleng malas menjawab. “Itu ma, tadi di kelas musik dia enggak bisa main biolanya ?” jawab Nesa, kakak Niko yang juga les biola dan sekelas dengannya.
Niko jadi sebel mendengarnya. Ia pun berlari meninggalkan meja makan. Mama dan papa benar-benar bingung dengan tingkah Niko.
Keesokan harinya, sepulang sekolah Niko ke kelas biola. Hari ini sebenarnya Niko tidak ada les, namun ia sangat ingin bertemu dengan gurunya. Kak Rini sedang mengajar didalam. Niko dengan sabar menunggu.
“Niko, kenapa.? Kenapa menangis.?
Tanya kak Rini sedikit panic karena tidak menyangka Niko akan menangis.
Kak Rini pun mengajak Niko duduk di dalam kelas. Kak Rini pun mengajak Niko duduk di dalam kelas. Niko ingin menceritakan semuanya tapi air matanya tidak henti-henti mengalir sehingga Kak Rini harus bersabar menunggu sampai Niko tenang. Setalah beberapa saat menangis. Niko pun menceritakan kesulitannya.
“Niko bodoh sekali, kak, Niko tidak bisa-bisa” ujar Niko sesenggukan.
Kak Rini malah tersenyum dan membelai rambut Niko yang ikal lebat. “Niko belum bisa memainkan lagu itu bukan karena bodoh. Niko harus terus berusaha sampai bisa. Andai salah tidak apa-apa, diulang lagi. Tidak semua orang langsung bisa mengerjakan sesuatu. Ada yang cepat, ada juga yang lama baru bisa. Kak Rini pun dulu harus terus mengulang-ulang latihan supaya bisa memainkan biola dengan baik.”
Ujar kak Rini. Niko menghela napas panjang.
“Kak Rini pernah dulu juga kesulitan kayak Niko ?” Tanya Niko tak percaya.
“Iya dong. Namanya orang belajar, ya rasanya memang sulit. Namun kalau kita belajar dengan gembira maka tidak akan jadi beban,”jawab Kak Rini.
Niko berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum. Perasaannya sudah lega. Niko pun memeluk Kak Rini dengan saying.
“Terima kasih ya kak, lagu itu pasti bisa Niko mainkan dengan merdu minggu depan.! Ujar Niko sebelum pulang.
Kak Rini mengancungkan ibu jarinya sambil tersenyum. Niko pun harus pulang dengan semangat, minggu depan ia harus bisa dan ia pasti bisa..
"ini karya cerpen gua pertama kali waktu di SMA N 4 Kota Jambi, cerpen ini dari kelas X2 waktu masih di ajarin Bunda Revalina dan udh pernah masuk JE loh. semoga kalian suka :)"